(Mahardini Nur Afifah/JIBI/Solopos) |
Solopos.com, SOLO - Kalimat fenomenal milik guru spiritual provokatif,
Osho, “Creativity is the greatest rebellion in existence” terpampang
di salah satu dinding lantai II Pasar Pucangsawit Solo, Sabtu (14/11/2015)
siang.
Gusta,
22, dan Apri, 22, merupakan dua aktor yang menorehkan mural tulisan di tembok
tersebut.
Kedua
alumnus SMAN 3 Solo ini ingin menyumbangkan kreativitasnya untuk menyolek
lantai II pasar yang mulai Sabtu (21/11/2015), dibuka untuk umum sebagai ruang
publik alternatif bernama Cangwit Creative Space. “Saya ingin ikut
menyumbangkan karya di sini,” kata Apri.
Cangwit
Creative Space digagas lima anak muda di antaranya Miftah Farid Widagdo,
Rahadian Seno, Vevry Hari Saputro, Sunurwa Prabanagara, dan Rosyid Nukha.
Mereka berniat memanfaatkan lantai dua pasar tradisional yang biasanya
dianggurkan pedagang.
“Kami
melihat kondisi pasar setelah direvitalisasi justru kurang optimal. Saat itu
kami berpikir ruang tersebut bisa dimanfaatkan sebagai ruang publik untuk
berkarya dan menyalurkan bisnis kreatif,” jelas Miftah, saat ditemui di Pasar
Pucangsawit.
Selepas
mengantongi izin dari Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Solo dan Lurah pasar
setempat, Miftah bersama penggagas lain mulai menjaring penyewa kios untuk
menghidupkan pasar.
Hingga
saat ini, sudah ada 20 pedagang kreatif yang siap menjual roti bakar, kopi,
barang fesyen, pernik hiasan rumah, kaset, hingga bingkai kacamata berbahan
kayu.
“Konsep
kami menggelar macam-macam dagangan kreatif yang bisa menarik anak muda ke
sini. Mereka pastinya akan menggandeng komunitasnya ke sini juga. Kami juga
menyiapkan program acara bulanan dan mingguan untuk memeriahkan pasar dengan
menggandeng komunitas film, desain, musik, foto, d.l.l.,” terang dia.
Dengan
memberdayakan anak muda di pasar tradisional, Miftah bersama kelompoknya ingin
lebih membangun iklim kreatif di Kota Bengawan.
“Sejak
awal kami tanamkan ke teman-teman yang gabung ke sini tidak boleh merasa ini
tempatmu atau tempatku. Ini tempat kita semua. Dengan begitu tumbuh rasa
memiliki untuk memajukan tempat ini. Harapan kami iklim kreatif bisa tumbuh
dari sini,” ujarnya.
Jika
Cangwit Creative Space tengah dipersiapkan, pasar kreatif Night Market
Ngarsopuro juga tengah berbenah. Sejak Oktober lalu, pasar tiban yang dibuka
setiap akhir pekan sejak 2009 lalu itu mulai ditata kembali.
Pedagang
yang menjajakan barang kriya ditempatkan di bagian depan. Sedangkan barang
pabrikan diberikan tempat di barisan belakang.
“Penataan seperti ini sudah cukup baik. Tapi kalau
bisa, pasar dikembalikan seperti konsep awal. Night Market khusus menjual
barang craft. Biar pasar ini ada bedanya dengan pasar malam,” kata
Rahmat Hidayat, pengelola Dekaro Craft, yang menempati tenda sebelah utara.
Wakil
Ketua Paguyuban Night Market Ngarsopuro, Suryo Harjono, mengatakan pihaknya
sedang berupaya mengembalikan citra pasar sebagai pusat oleh-oleh kerajinan
khas Solo.
“Penataan kami lakukan bertahap. Sebelumnya ada
pedagang Hot Wheel dan casing handphoneikut jualan di sini.
Perlahan kami arahkan mereka untuk berjualan barang kerajinan,” jelasnya secara
terpisah.
Suryo
mengakui tak gampang mengarahkan pedagang yang masuk Night Market Ngarsopuro
untuk berjualan barang kerajinan dan kuliner saja.
“Sejak
awal buka juga sudah ada yang jual barang garmen dan tekstil. Tapi kami mencoba
meminimalisasi saat ini. Pedagang yang masuk diseleksi betul. Tidak asal semuanya
diterima,” tutup dia.
Sesuai
amanat cetak biru pengembangan Ekonomi Kreatif 2015-2025 yang dikembangkan
Pemkot Solo, pasar kreatif yang ada di Kota Bengawan bakal masuk prioritas kedua
yang dikembangkan pemerintah
- Sumber : Solopos